A. PENGERTIAN INFLASI
Dalam konteks ekonomi
makro dua permasalahan utama yang dihadapi adalah pengangguran dan inflasi.
Keduanya merupakan permasalahan yang saling terkait satu sama lain. Menurut
A.W. Philips dengan analisis kurvanya ia mengatakan bahwa suatu negara ketika
menghadapi inflasi yang tinggi, maka tingkat pengangguran di negara tersebut
akan rendah, begitu juga sebaliknya. Namun kondisi ini hanya terjadi di alam
teori dalam kenyataanya ketika inflasi rendah maka pengangguran juga bisa dalam
fase yang rendah pula. Kali ini yang akan menjadi pokok bahasan dalam tulisan
ini adalah tentang inflasi.
Berbicara tentang
inflasi maka yang umumnya akan terjadi adalah kenaikan harga, penurunan tingkat
pendapatan rill, melemahnya konsumsi agregat, dan ekspor - impor yang terganggu.
Fenomena - fenomena tersebut memang umumnya terjadi ketika inflasi namun dengan
catatan kondisi itu baru akan terjadi ketika inflasi sudah berada pada
level di atas 10%. Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan tentang hakikat
dari inflasi itu sendiri.
Inflasi merupakan
suatu keadaan dimana peredaran uang secara umum lebih besar dibandingkan
peredaran barang di suatu negara pada periode tertentu. Suatu negara atau
wilayah baru dapat dikatakan menghadapi inflasi apabila terpenuhi 3 syarat
antara lain:
1. Kenaikan
harga
2. Terjadi
secara umum
3. Berlangsung
terus menerus
Bila salah satu syarat
tidak terpenuhi maka suatu negara tidak dapat dikatakan mengalami inflasi.
Misalkan terjadi kenaikan harga cabe sebesar 20% di Indonesia. Bila kenaikan
harga cabe tidak diikuti dengan kenaikan komoditas atau barang - barang secara
umum maka tidak dapat dikatakan bahwa Indonesia mengalami inflasi. Seandainya
juga terjadi kenaikan BBM yang mendorong harga - harga barang secara umum naik
namun hanya berlangsung sesaat juga tidak dapat dikatakan sebagai suatu keadaan
dimana negara berada dalam keadaan inflasi.
B. MENURUT
PENYEBAB AWAL INFLASI
Berdasarkan penyebab inflasi dapat digolongkan
menjadi 3 antara lain:
1. Deman Pull
Inflation
Demand pull inflation merupakan suatu keadaan dimana inflasi
di sebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang lebih besar daripada kenaikan
penawaran agregat. Meningkatnya kenaikan penawaran agregat bila dilihat dari
kurva diatas maka yang terjadi adalah kenaikan harga yang disertai dengan
meningkatnya output. Kondisi ini terjadi ketika perekonomian sedang berada
dalam kondisi normal dan tidak terjadi goncangan dan tekanan yang akan membawa
perekonomian ke arah resesi. Lebih lanjut dari keterangan kurva diatas dapat diambil
suatu kesimpulan dimana inflasi dalam keadaan terkendali akan bermanfaat dan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Cost Push Inflation
Cost push inflation merupakan suatu keadaan dimana penawaran
agregat mengalami penurunan atau secara grafis kurva penawaran akan bergeser ke
kiri. Keadaan ini akan menyebabkan harga - harga akan meningkat secara umum dan
disertai pula dengan melemahnya jumlah output yang diproduksi oleh suatu
negara. Seperti pada pendekatan dengan menggunakan kurva permintaan dan
penawaran, maka ketika kurva penawaran bergeser ke kiri, maka yang terjadi
adalah harga akan naik dengan diikuti oleh menurunnya jumlah barang yang
ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini suatu negara berada dalam fase resesi.
Dimana kenaikan harga - harga secara umum telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi
melambat dan bahkan pada pertumbuhan di level yang negatif.
3. Mixed Inflation
Merupakan gabungan
antara demand pull inflation dan cost push inflation.
Bila kita menggunakan perdekatan secara grafis, maka pada kondisi ini kurva
permintaan agregat akan bergeser ke kanan dengan diikuti oleh bergesernya kurva
penawaran agregat ke kiri. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan
harga namun tanpa diikuti oleh perubahan jumlah output yang diproduksi oleh
suatu negara. Bila keadaan ini yang terjadi maka perekonomian berada dalam
suatu fase yang disebut STAGFLASI. Dimana inflasi mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi 0% yang artinya kenaikan harga barang dan jasa secara umum tidak
menyebabkan perubahan pada output barang dan jasa yang diproduksi.
C. MENURUT ASALNYA
INFLASI
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi 2
yaitu:
1. Inflasi Domestik
(dalam Negeri)
Artinya terjadinya
inflasi di suatu negara murni disebabkan oleh kenaikan harga - harga barang dan
jasa di dalam negara itu sendiri. Misalkan akibat kenaikan harga - harga bahan
pokok di hampir berbagai wilayah di Indonesia, menyebabkan harga - harga barang
kebutuhan pokok naik secara umum dengan periode yang terjadi secara terus-
menerus. Kondisi ini merupakan inflasi yang terjadi akibat faktor - faktor
inflasi di dalam negeri sehingga disebut Inflasi Domestik.
2. Inflasi Luar Negeri
Dalam kasus ini, suatu
negara mengimpor inflasi dari negara yang sedang mengalami inflasi dalam
perekonomiannya. Misalkan Indonesia mengimpor Mesin dari Amerika Serikat.
Bersamaan dengan saat Indonesia mengimpor mesin dari Amerika Serikat,
perekonomian Amerika Serikat sedang mengalami inflasi yang berimbas pada
kenaikan harga mesin. Otomatis keadaan ini akan menyebabkan harga mesin yang
dibayar menjadi lebih mahal. Karena mesin merupakan teknologi penting dalam
suatu perekonomian maka ketika mesin itu dijual dan kemudian berdampak pada
kenaikan harga - harga barang secara umum, maka kondisi itu akan menimbulkan
inflasi.
D. MENURUT INTENSITAS
INFLASI
Berdasarkan intensitasnya inflasi dibagi
menjadi 4 golongan yakni:
1. Inflasi ringan
Inflasi ringan
berkisar antara 0 - 10%. Dalam kondisi ini inflasi justru membantu perekonomian
untuk tumbuh. Perlu diketahui, inflasi pada hakikatnya analog dengan api. Apa
maksudnya? coba bayangkan api dalam intensitas kecil tentu berguna bukan? kita
bisa menjadikan api tersebut untuk memasak, menerangi sudut - sudut ruangan
ketika lampu mati, untuk menghangatkan badan ketika suasana dingin, dan lain
sebagainya. Namun bila api besar tentu akan mengakibatkan terjadinya kebakaran.
Analog dengan api, inflasi yang kecil dan terkendali sangat dibutuhkan oleh
suatu perekonomian untuk tumbuh dan berkembang. Karena dengan inflasi yang
rendah dan terkendali akan memberkikan stimulasi bagi berkembangnya penawaran
agregat sehingga perekonomian bisa tumbuh. Idealnya inflasi yang rendah dan
terkendali adalah pada level 5%, namun maksimal inflasi jangan sampai menembus
2 digit.
2. Inflasi Sedang
Inflasi sedang
berkisar antara 10 - 30%. Inflasi pada level ini sudah memberikan dampak bagi
perekonomian dimana dampaknya akan dirasakan oleh para pekerja yang memiliki penghasilan
tetap. Dampak dari inflasi ini adalah pendapatan rill dari mereka yang memiliki
penghasilan tetap akan menurun dan berkurang nilai rillnya. Misalkan dengan
uang Rp. 10.000 seseorang bisa membeli 2 mangkuk bakso, namun akibat terjadinya
inflasi nominal yang sama tidak lagi dapat membeli 2 mangkuk bakso mungkin
hanya 1 bakso. Keadaan itulah yang merupakan gambaran bahwa kekuatan daya beli
uang terhadap barang melemah. Namun kondisi ini relatif bisa dikendalikan
melalui kebijakan fiskal dan moneter yang kontraktif.
3. Inflasi berat
Inflasi berat berada
pada kisaran 30 - 100%. Inflasi ini bukan saja menurunkan pendapatan rill
masyarakat yang berpenghasilan tetap tetapi sudah berdampak kepada sistem
keuangan suatu negara. Biasanya bila suatu negara sudah berada pada kondisi
ini, arus masuk devisa relatif terhambat, nilai tukar mata uang domestik
melemah cukup tajam, kinerja pasar modal terganggu bahkan dapat mengalami
suspensi atau penutupan perdagangan sementara, dan rontoknya sejumlah perbankan
yang tidak memiliki atau tidak memenuhi kriteri Bank Sentral. Kondisi ini akan
berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang bergerak lambat bahkan dapat tumbuh
negatif.
4. Hyperinflation
Merupakan inflasi yang sudah sangat berat.
Kisaran inflasi ini sudah lebih dari 100%. Kondisi ini akan mengakibatkan
kerusakan sangat parah pada stabilitas sistem keuangan sehingga bila kondisi
ini terjadi suatu negara harus melakukan kebijakan sanering atau penyehatan
sistem keuangan dengan jalan memotong nominal mata uang (kondisi ini berbeda
dengan redenominasi), Umumnya kebijakan sanering akan membuat daya beli
masyarakat terkontraksi selama beberapa waktu namun akan kembali pulih.
Sanering bukan satu - satunya jalan karena negara yang mengalami kondisi ini
harus mendapatkan insentif guna memperlancar arus likuiditas pada perekonomian
sebagai dampak dari rusaknya sistem keuangan akibatnya rontoknya perbankan
suatu negara.